ROBOHNYA
SURAU KAMI oleh ALI AKBAR NAVIS
Prosa
baru meliputi
1. Cerita
pendek
Cerita pendek adalah bentuk prosa baru yang menceritakan sebagian kecil dari kehidupan pelakunya yang terpenting dan paling menarik. Di dalam cerpen boleh ada konflik atau pertikaian, akan tetapi hal itu tidak menyebabkan perubahan nasib pelakunya. Contoh: Radio Masyarakat oleh Rosihan Anwar, Bola Lampu oleh Asrul Sani, Teman Duduk oleh Moh. Kosim, Wajah yang Bembah oleh Trisno Sumarjo, Robohnya Surau Kami oleh A.A. Navis.
Cerita pendek adalah bentuk prosa baru yang menceritakan sebagian kecil dari kehidupan pelakunya yang terpenting dan paling menarik. Di dalam cerpen boleh ada konflik atau pertikaian, akan tetapi hal itu tidak menyebabkan perubahan nasib pelakunya. Contoh: Radio Masyarakat oleh Rosihan Anwar, Bola Lampu oleh Asrul Sani, Teman Duduk oleh Moh. Kosim, Wajah yang Bembah oleh Trisno Sumarjo, Robohnya Surau Kami oleh A.A. Navis.
2. Novel
Novel berasal dari Italia. yaitu novella ‘berita’. Novel adalah bentuk prosa baru yang melukiskan sebagian kehidupan pelaku utamanya yang terpenting, paling menarik, dan yang mengandung konflik. Konflik atau pergulatan jiwa tersebut mengakibatkan perobahan nasib pelaku. lika roman condong pada idealisme, novel pada realisme. Biasanya novel lebih pendek daripada roman dan lebih panjang dari cerpen. Contoh: Ave Maria oleh Idrus, Keluarga Gerilya oleh Pramoedya Ananta Toer, Perburuan oleh Pramoedya Ananta Toer, Ziarah oleh Iwan Simatupang, Surabaya oleh Idrus.
Novel berasal dari Italia. yaitu novella ‘berita’. Novel adalah bentuk prosa baru yang melukiskan sebagian kehidupan pelaku utamanya yang terpenting, paling menarik, dan yang mengandung konflik. Konflik atau pergulatan jiwa tersebut mengakibatkan perobahan nasib pelaku. lika roman condong pada idealisme, novel pada realisme. Biasanya novel lebih pendek daripada roman dan lebih panjang dari cerpen. Contoh: Ave Maria oleh Idrus, Keluarga Gerilya oleh Pramoedya Ananta Toer, Perburuan oleh Pramoedya Ananta Toer, Ziarah oleh Iwan Simatupang, Surabaya oleh Idrus.
3. Biografi
Biografi adalah suatu karangan prosa yang berisi pengalaman-pengalaman hidup pengarang sendiri. Contoh: Soeharto Anak Desa, Prof. Dr. B.J Habibie, Ki Hajar Dewantara
Biografi adalah suatu karangan prosa yang berisi pengalaman-pengalaman hidup pengarang sendiri. Contoh: Soeharto Anak Desa, Prof. Dr. B.J Habibie, Ki Hajar Dewantara
4. Kisah
Kisah,
adalah cerita tentang cerita perjalanan atau pelayaran seseorang dari suatu
tempat ke tempat lain. Contoh : Kisah Perjalanan Abdullah ke Negeri Kelantan,
Kisah Abdullah ke Jedah.
5. Otobiografi
Otobiografi
atau bisa juga pengalaman hidup orang lain sejak kecil hingga dewasa atau bahkan sampai meninggal dunia. Contoh:
Soeharto Anak Desa, Prof. Dr. B.J Habibie, Ki Hajar Dewantara.
Prosa baru yang
diresensi
Cerita Pendek :
Robohnya Surau Kami
Robohnya
Surau Kami
Ali
Akbar Navis
Suatu hari, ada seorang kakek yang
menjadi sebagai garin, penjaga surau (takmir). Menjadi seorang penjaga surau
dia tidak mendapatkan honor atau gaji apapun. Dia hidup mengandalkan dari
sedekah, yang hanya sekali pada hari Jumat. Pekerjaan sambilannya yaitu menjadi
pengasah pisau dan gunting. Apabila yang meminta tolong perempuan biasanya dia
diberi sambal. Berbeda lagi, apabila yang meminta tolong itu laki-laki, ia
diberikan rokok kadang juga uang sebagai imbalannya. Tidak sedikit juga yang
hanya memberikan ucapan terima kasih dan senyuman.
Suatu ketika, kakek terlihat
murung, sedih, kesal dan bermuram durja. Ia duduk termenung di serambil surau
dengan ditemani beberapa peralatan asahan dan pisau cukur tua berada disekitar
kaki kakek. Ternyata ia baru saja bertemu dan berbicara dengan Ajo Sidi, si
pembual atau ahli pembuat cerita. Cerita-ceritanya aneh, unik, yang membuat
cerita dengan menganalogikan lawan bicara dengan sesuatu. Hari itu kakek yang
dijadikan bualan ceritanya, yang pada intinya menjadi pameo atau semacam cerita yang menyindir pendengar.
Ajo Sidi, si pembual itu
menceritakan seseorang bernama Haji Shaleh, yang dulunya didunia selalu
beribadah kepadaNya, taat menjalankan perintahNya dan selalu takwa kepadaNya.
Namun, di akhirat Haji Shaleh, malah dimasukkan ke dalam neraka, bahkan
ditempatkan pada keraknya neraka. Dia memang tak pernah mengingat anak dan
istrinya, dia pun tak memikirkan hidupnya sendiri. Segala kehidupannya lahir
batin diserahkan kepadaNya. Dia tak berusaha mengusahakan orang lain. Bahkan
dia tak pernah membunuh seekor lalat pun. Padahal dia hidup berkaum, bersaudara
namun sedikitpun tak memperdulikannya. Dia selalu bersujud, memuji dan berdoa
kepadaNya.
Setelah mendengar cerita dari Ajo
Sidi, kakek hanya merenung dan memikirkannya Seolah ia merasakan apa yang
dirasakan Haji Shaleh. Keesokan harinya, kakek mengakhiri hidupnya dengan
menggorok lehernya sendiri dengan pisau cukur. Berita kematian kakek sudah
tersebar ke seluruh kampung, semua warga kampung mengurus jenazah kakek. Semua
warga mengantar kepergian jenazah kakek ke makam. Namun Ajo Sidi yang bisa
dikatakan menjadi penyebab kematian kakek, malah tetap pergi bekerja. Dan
sebelum pergi bekerja, Ajo Sidi berpesan kepada istrinya agar membelikan kain
kafan untuk mengafani jenazah kakek.
Prosa ini menggambarkan hubungan:
1.
Manusia dan Kebudayaan :
Unsur manusia dan
kebudayaan pada cerita Robohnya Surau Kami dapat tergambarkan yaitu ketika
tokoh Kakek digambarkan sebagai orang yang selalu beribadat kepada Allah S.W.T.
Sehingga Kebudayaan beragama pada cerita ini begitu kuat.
2.
Manusia dan Penderitaan :
Unsur manusia dan
penderitaan pada cerita Robohnya Surau Kami dapat tergambarkan yaitu ketika
tokoh fiksi yang digambarkan oleh Ajo Sidi, Haji Shaleh merupakan seseorang
yang sangat taaat
beridat namun tetap dimasukkan ke dalam neraka karena tidak pernah memikirkan
nasib dari keluarganya. Hal ini lah yang membuat tokoh Kakek menjadi cemas dan
mengakhiri hidupnya.
3.
Manusia dan Pandangan Hidup :
Unsur manusia dan penderitaan
pada cerita Robohnya Surau Kami dapat tergambarkan yaitu ketika tokoh Kakek
digambarkan sebagai orang yang selalu beribadat kepada Allah S.W.T sehingga
dapat disimpulkan bahwa pandangan hidup tokoh Kakek hanya berpusat pada
akhirat, bukan duniawi.
4.
Manusia dan Kegelisahan :
Unsur manusia dan
kegelisahan pada cerita Robohnya Surau Kami dapat tergambarkan yaitu ketika
tokoh Kakek merasa gelisah terhadap cerita Ajo Sidi.
Kesimpulan
:
Bahwa dalam menjalan hidup di
dunia ini haruslah seimbang, antara amal akhirat dan amal dunia. Kita tidak
boleh berat sebelah dengan mementingkan kepentingan akhirat terus hingga kita
lupa kalau kita butuh rejeki untuk beramal kepada orang lain. Tuhan itu tidak
suka orang miskin. Jadi kita harus kaya agar kita bisa memberi pada orang lain.
Tuhan juga tidak suka dengan orang yang suka mementingkan kepentingan duniawi
seperti Ajo Sidi sehingga dia malah pergi bekerja daripada mengurusi mayat saudara
seimannya.
Cerpen ini layak dijadikan
referensi bagi para akademisi yang akan mengadakan penelitian baik di bidang
sosial budaya ataupun agama. Mengapa? Karena cerpen ini mengkritisi sikap-sikap
para ahli ibadah yang lebih mementingkan kehidupan akhirat daripada kepentingan
duniawi.
Sumber
:
TUGAS III ILMU
BUDAYA DASAR
(Minggu ke-3)
Nama : Devi Aprianita Rosadi
NPM : 1A113057
Kelas : 4KA38
Tidak ada komentar:
Posting Komentar