University of Gunadarma

Kamis, 20 Maret 2014

ANALISIS KARYA SASTRA

ROBOHNYA SURAU KAMI oleh ALI AKBAR NAVIS
 
Prosa baru meliputi

1.  Cerita pendek
     Cerita pendek adalah bentuk prosa baru yang menceritakan sebagian  kecil dari kehidupan pelakunya yang terpenting dan paling menarik. Di dalam cerpen boleh ada konflik atau pertikaian, akan tetapi hal itu tidak menyebabkan perubahan nasib pelakunya. Contoh: Radio Masyarakat oleh Rosihan Anwar, Bola Lampu oleh Asrul Sani, Teman Duduk oleh Moh. Kosim, Wajah yang Bembah oleh Trisno Sumarjo, Robohnya Surau Kami oleh A.A. Navis.

2.  Novel 
    Novel berasal dari Italia. yaitu novella ‘berita’. Novel adalah bentuk prosa baru yang melukiskan sebagian kehidupan pelaku utamanya yang terpenting, paling menarik, dan yang mengandung konflik. Konflik atau pergulatan jiwa tersebut mengakibatkan perobahan nasib pelaku. lika roman condong pada idealisme, novel pada realisme. Biasanya novel lebih pendek daripada roman dan lebih panjang dari cerpen. Contoh: Ave Maria oleh Idrus, Keluarga Gerilya oleh Pramoedya Ananta Toer, Perburuan oleh Pramoedya Ananta Toer, Ziarah oleh Iwan Simatupang, Surabaya oleh Idrus.

3. Biografi 
    Biografi adalah suatu karangan prosa yang berisi pengalaman-pengalaman hidup pengarang sendiri. Contoh: Soeharto Anak Desa, Prof. Dr. B.J Habibie, Ki Hajar Dewantara

4. Kisah
   Kisah, adalah cerita tentang cerita perjalanan atau pelayaran seseorang dari suatu tempat ke tempat lain. Contoh : Kisah Perjalanan Abdullah ke Negeri Kelantan, Kisah Abdullah ke Jedah.

5.  Otobiografi
    Otobiografi atau bisa juga pengalaman hidup orang lain sejak kecil hingga dewasa  atau bahkan sampai meninggal dunia. Contoh: Soeharto Anak Desa, Prof. Dr. B.J Habibie, Ki Hajar Dewantara.

Prosa baru yang diresensi
Cerita Pendek : Robohnya Surau Kami

Robohnya Surau Kami
Ali Akbar Navis


    Suatu hari, ada seorang kakek yang menjadi sebagai garin, penjaga surau (takmir). Menjadi seorang penjaga surau dia tidak mendapatkan honor atau gaji apapun. Dia hidup mengandalkan dari sedekah, yang hanya sekali pada hari Jumat. Pekerjaan sambilannya yaitu menjadi pengasah pisau dan gunting. Apabila yang meminta tolong perempuan biasanya dia diberi sambal. Berbeda lagi, apabila yang meminta tolong itu laki-laki, ia diberikan rokok kadang juga uang sebagai imbalannya. Tidak sedikit juga yang hanya memberikan ucapan terima kasih dan senyuman.
     Suatu ketika, kakek terlihat murung, sedih, kesal dan bermuram durja. Ia duduk termenung di serambil surau dengan ditemani beberapa peralatan asahan dan pisau cukur tua berada disekitar kaki kakek. Ternyata ia baru saja bertemu dan berbicara dengan Ajo Sidi, si pembual atau ahli pembuat cerita. Cerita-ceritanya aneh, unik, yang membuat cerita dengan menganalogikan lawan bicara dengan sesuatu. Hari itu kakek yang dijadikan bualan ceritanya, yang pada intinya menjadi pameo atau  semacam cerita yang menyindir pendengar.
    Ajo Sidi, si pembual itu menceritakan seseorang bernama Haji Shaleh, yang dulunya didunia selalu beribadah kepadaNya, taat menjalankan perintahNya dan selalu takwa kepadaNya. Namun, di akhirat Haji Shaleh, malah dimasukkan ke dalam neraka, bahkan ditempatkan pada keraknya neraka. Dia memang tak pernah mengingat anak dan istrinya, dia pun tak memikirkan hidupnya sendiri. Segala kehidupannya lahir batin diserahkan kepadaNya. Dia tak berusaha mengusahakan orang lain. Bahkan dia tak pernah membunuh seekor lalat pun. Padahal dia hidup berkaum, bersaudara namun sedikitpun tak memperdulikannya. Dia selalu bersujud, memuji dan berdoa kepadaNya.
      Setelah mendengar cerita dari Ajo Sidi, kakek hanya merenung dan memikirkannya Seolah ia merasakan apa yang dirasakan Haji Shaleh. Keesokan harinya, kakek mengakhiri hidupnya dengan menggorok lehernya sendiri dengan pisau cukur. Berita kematian kakek sudah tersebar ke seluruh kampung, semua warga kampung mengurus jenazah kakek. Semua warga mengantar kepergian jenazah kakek ke makam. Namun Ajo Sidi yang bisa dikatakan menjadi penyebab kematian kakek, malah tetap pergi bekerja. Dan sebelum pergi bekerja, Ajo Sidi berpesan kepada istrinya agar membelikan kain kafan untuk mengafani jenazah kakek.

Prosa ini menggambarkan hubungan:

1. Manusia dan Kebudayaan :
Unsur manusia dan kebudayaan pada cerita Robohnya Surau Kami dapat tergambarkan yaitu ketika tokoh Kakek digambarkan sebagai orang yang selalu beribadat kepada Allah S.W.T. Sehingga Kebudayaan beragama pada cerita ini begitu kuat.
2. Manusia dan Penderitaan :
Unsur manusia dan penderitaan pada cerita Robohnya Surau Kami dapat tergambarkan yaitu ketika tokoh fiksi yang digambarkan oleh Ajo Sidi, Haji Shaleh merupakan seseorang
yang sangat taaat beridat namun tetap dimasukkan ke dalam neraka karena tidak pernah memikirkan nasib dari keluarganya. Hal ini lah yang membuat tokoh Kakek menjadi cemas dan mengakhiri hidupnya.
3. Manusia dan Pandangan Hidup :
Unsur manusia dan penderitaan pada cerita Robohnya Surau Kami dapat tergambarkan yaitu ketika tokoh Kakek digambarkan sebagai orang yang selalu beribadat kepada Allah S.W.T sehingga dapat disimpulkan bahwa pandangan hidup tokoh Kakek hanya berpusat pada akhirat, bukan duniawi.
4. Manusia dan Kegelisahan :
Unsur manusia dan kegelisahan pada cerita Robohnya Surau Kami dapat tergambarkan yaitu ketika tokoh Kakek merasa gelisah terhadap cerita Ajo Sidi.

Kesimpulan :

         Bahwa dalam menjalan hidup di dunia ini haruslah seimbang, antara amal akhirat dan amal dunia. Kita tidak boleh berat sebelah dengan mementingkan kepentingan akhirat terus hingga kita lupa kalau kita butuh rejeki untuk beramal kepada orang lain. Tuhan itu tidak suka orang miskin. Jadi kita harus kaya agar kita bisa memberi pada orang lain. Tuhan juga tidak suka dengan orang yang suka mementingkan kepentingan duniawi seperti Ajo Sidi sehingga dia malah pergi bekerja daripada mengurusi mayat saudara seimannya.
      Cerpen ini layak dijadikan referensi bagi para akademisi yang akan mengadakan penelitian baik di bidang sosial budaya ataupun agama. Mengapa? Karena cerpen ini mengkritisi sikap-sikap para ahli ibadah yang lebih mementingkan kehidupan akhirat daripada kepentingan duniawi.


Sumber :


TUGAS III ILMU BUDAYA DASAR
(Minggu ke-3)

Nama   : Devi Aprianita Rosadi
NPM    : 1A113057
Kelas   : 4KA38

Tidak ada komentar:

Posting Komentar